Selasa, 22 Februari 2011

Hari Ke2 Menjadi Editor

Bismillah..
Kemarin, hari ke 2 tgl 22 Februari 2011.
Aku bekerja di DIVA Press. Syukur Alhamdulilah aku sangat menikmati dan mencintai pekerjaan ini, sebagai editor pemula. Thanks to Allah.
Hari ini hasil editan ku diperiksa oleh mang Asep... sepertinya masih banyak sekali yang salah tapi nggak apa-apa namanya juga baru belajar. Jujur saja aku menganggap pekerjaan ini adalah seperti kuliah, aku begitu enjoy , meski duduk berjam-jam di depan komputer, aku benar-benar happy kuanggap semua ini ibadah ada pahala dan hikmah dari seorang editor...
Pelajaran kemarin yang bisa kuambil adalah tentang pentingnya EYD dalam sebuah tulisan. keinginanku untuk terus menulis jadi semakin kuat setelah berkecimpung di dunia penerbit. I like it... ^_^ Alhamdulilah. Mudah-mudahan aku bisa menjadi seorang penulis sekaligus editor yang produktif dan professional. Amin AllahummaAmin.

Sabtu, 19 Februari 2011

Tahajud Cinta Nisa. By. Kartini Nainggolan


Nisa Wanita Tabah.

Nisa pernah hilang arah. Jauh dari Allah. Namun, Kasih Sayang-Nya membawa Nisa kembali ke pangkal Jalan. Pada saatNisa menyedari hidayah Allah adalah anugrah terindah, Nisa berbisik kepada diri sendiri"Maka nikmat-Nya yang mana hendak aku dustakan?"

Berpegang teguh kepada janji allah dalam surah Al-Baqarah "Sesungguhnya Allah bersama-sama dengan orang yang sabar," Nisa hadapi musibah dan ujian dengan penuh taqwa dan reda. Dalam sujud dan doa mengiringi Tahajjudnya, Nisa memohon kepada yang Maha cinta untuk terus akur dnegan ketetapan-Nya.

Di manakah penghujung ujian Nisa?

Akulah Khalifah Khairunisa S.Kep, M.Kep. Ns, Sp. Mat. Aku tersenyum puas. selalu bersyukur dan bersabar merupakan kunci untuk berjaya dalam hidup. Hidup adalah satu perjuangan . Terima kasih Ya Allah, kerena bersamakiu!

By. Kartini Nainggolan
Tahajjud Cinta Nisa Versi Bahasa Melayu (Malaysia)

Sujud Nisa Di Kaki Tahajjud - Subuh. By. Kartini Nainggolan


“Semua orang pasti punya masalah hidup. Pembeda antara pemenang dan pecundang hanya terletak pada kemampuannya untuk survive: menaklukkan semua masalah dengan tangguh hingga mampu meraih maqam kebahagiaan hakiki. Dan, salah satu pilar untuk survive adalah agama. Melalui energi Tahajjud dan Subuh, Nisa yang lemah dan penuh masalah berhasil survive! Ada sujud, dzikrullah, air mata, doa, munajat, tawakkal, sabar, dan khusyuk. Novel ini meneladankan cara bertahan yang sangat luar biasa, bersendikan kekuatan iman, agama, dan hati!”
Muhammad El Natsir, pengarang novel religius Tahajjud Cinta.

“Novel ini membuatku optimis betapa Allah tak pernah jemu mencintaiku dan menolongku....”
Anam Khoirul Anam, pengarang novel Dzikir-dzikir Cinta.

“Kartini adalah motivator ulung! Novel ini membuktikannya. Kuat sebagai religius dan bertenaga sebagai inspirasi!”
Samsul Arifin, M.Ag., kandidat doktor, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Nisa senantiasa menemukan energi baru dalam menghadapi semua kemelut hidupnya setiap kali bersujud di kaki Tahajjud dan Subuh. Semua persoalan hidup yang dialaminya, yang sungguh menguras energi, perasaan, dan air mata, mulai dari gelegar cinta, cemburu, egoisme, kepercayaan diri, penantian, pengkhianatan, hingga kesendirian, berhasil dilaluinya dengan takzim dan khusyuk.

Ya, di kala malam semakin tua, angin semakin beku menghempas wajah, di kaki Tahajjud-Subuh, Nisa bercumbu mesra dengan Sang Kekasih. Beralaskan sajadah air mata, doa, dan iman....

Inspirasinya sangat mencerahkan, maka bacalah...

Bekerja

kumulai, Pagi ini ini dengan mengucap Bismillah..
Besok, adalh hari pertama aku masuk kerja di Penerbit Diva Press, sebagai Editor. mudah-mudahan Allah memberi kemudahan dalam segala hal. Terimakasih, Ya Rabb... hampir tiga tahun Vakum dari dunia Tulis Menulis, kini Allah memberi kesempatan kembali tak akan ku sia-siakan semua ini. bekerja menjadi Ibadah dan sarana belajar menjadi manusia yang produktif dan memberi manfaat kepada semua makhluk hidup. saat ini aku harus bisa mencintai pekerjaan ini agar semua terasa menyenangkan.

Kamis, 20 Januari 2011

Tips Cara Merawat Rambut Muslimah Berjilbab

Tips Cara Merawat Rambut Muslimah Berjilbab – Rambut merupakan mahkota bagi setiap insan wanita, termasuk bagi muslimah yg berjilbab. Walaupun termasuk aurat yg harus ditutup baju muslim, bukan merupakan alasan untuk tdk merawatnya dgn baik. Berikut ini merupakan tips merawat rambut bagi anda, seorang muslimah yg mendambakan rambut indah walaupun tertutup jilbab dan baju muslim.

1. Setelah keramas, pastikan rambut benar-benar kering. Ini untuk menjaga agar rambut tdk lembab dalam kerudung

2. Pilihlah kerudung dan baju muslim yg terbuat dari bahan katun atau kaos, sehingga menyerap keringat waktu Anda beraktivitas. Selain itu, bahan katun/kaos memiliki pori-pori yg besar sehingga memudahkan sirkulasi udara dalam kerudung Anda

3. Hindari model kerudung yg berlapis dan kencang, untuk memudahkan rambut Anda untuk ‘bernafas’

4. Pilih warna kerudung yg tepat sesuai dgn waktu dan tempat Anda beraktivitas. Jika pagi hari lebih baik mengenakan kerudung berwarna putih atau terang dan berbahan lembut. Hindari warna hitam karena akan menyerap sinar matahari.

5. Jika anda berambut panjang, hindari menggunakan ikatan yg kencang agar rambut Anda tdk patah.

6. Biarkan rambut Anda terurai saat tdk mengenakan jilbab. Biarkan rambut Anda ‘berisitrahat’ dulu.

7. Keramaslah menggunakan bahan yg alami dgn frekuensi yg teratur. Tiap orang mungkin akan bervariasi namun yg penting adalah keteraturan.

8. Gunakan sisir dgn gigi yg jarang untuk menghindarkan kerontokan. Usahakan menyisir dgn halus ke kulit kepala karena ini sama saja dgn memberikan pemijatan refleksi ke kepala Anda yg efeknya bisa membantu kesuburan rambut Anda.

9. Bagi Anda yg memiliki waktu luang, usahakan creambath dan spa di salon untuk menjaga kecantikan rambut Anda. Jangan lupa lho, pilih salon muslimah yg stafnya wanita semua

Demikian beberapa tips merawat rambut bagi muslimah, semoga berguna bagi Anda dan membuat anda semakin percaya diri mengenakan baju muslim. Sumber situs Arusty

Rabu, 19 Januari 2011

Ketegasan adalah kualitas hati
yang dirindukan oleh orang yang
telah lama membiarkan dirinya
terlantar di antara keraguan
dan ketakutan.
...
Orang yang tidak tegas memilih
tindakan yang baik baginya,
sesungguhnya sedang tegas
membiarkan dirinya tersiksa
dalam keraguan dan rendahnya
rasa hormat terhadap diri sendiri.

Bertindaklah dengan sebaik-baiknya niat.

Jika salah, perbaiki.

Tapi tegaslah bertindak.

BY. Mario Teguh (Facebook)
Bersedekah Bagi Para Wanita

Sahabat Pernahkah Anda berdagang/ kemudian mendapat keuntungan sepuluh kali lipat?// Alangkah ruginya kita/ jika menolak mendapat keuntungan tujuh ratus kali lipat// Keshahihan transaksi itulah yang telah dijamin oleh Rasulullah SAW/ di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi/ “Barangsiapa yang menafkahkan hartanya untuk membantu peperangan di jalan Allah/ maka akan dilipatgandakan pahalanya menjadi tujuh ratus//


Karena itu/ dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Abu Mas'ud Al-Anshari/ “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW/ dengan menuntun seekor unta yang dilubangi hidungnya// Kemudian ia berkata/ ‘Unta ini saya pergunakan untuk berperang di jalan Allah/ wahai Rasulullah'// Kemudian Rasulullah SAW bersabda/ ‘Kamu akan mendapatkan tujuh ratus unta semisal itu pada hari kiamat/ semua dilubangi hidungnya'// (HR Muslim)//


Sungguh ini kabar gembira dari Rasulullah SAW Sahabat MQ// Apa yang kita sedekahkan di jalan Allah/ akan mendapat gantinya hal serupa tujuh ratus kali lipat// Seperti halnya jika kita wakafkan satu rumah untuk majelis taklim/ maka Allah SWT akan mengembalikan 700 rumah kepada kita//
Dalam surat Al-Baqarah ayat 261/ Allah SWT berfirman/ “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah/ adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai/ pada setiap tangkai terdapat seratus butir// Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia kehendaki// Dan Allah Mahaluas karunia-Nya/ lagi Maha Mengetahui”// Begitulah janji Allah kepada orang yang berinfak dengan niat yang ikhlas karena Allah semata// Dan infaknya pun disalurkan kepada tempat yang benar/ kepada orang-orang yang berhak//


Rasulullah SAW/ mengajarkan perihal ini kepada para sahabatnya// Bahkan/ kepada Bilal yang termasuk kalangan sahabat yang fakir secara finansial// Rasulullah SAW bersabda “Wahai Bilal/ berinfaklah! Jangan takut kekurangan dari Dzat yang mempunyai langit”// Hadist Riwayat Shahih Al-Jami// Jika Bilal yang miskin saja Rasulullah SAW menganjurkan berinfak/ bagaimana dengan sahabat yang berpunya?//


Sahabat MQ/ Ternyata/ anjuran berinfak bukan saja/ dianjurkan hanya kepada kaum lelaki// Rasulullah SAW bahkan berwasiat khusus kepada kaum wanita// Saat bertemu dengan Asma'/ Rasulullah SAW bersabda/ “Berinfaklah dan janganlah kamu menghitung-hitung hartamu/ karena Allah juga akan menghitung-hitung rezeki-Nya untukmu// Dan janganlah engkau bakhil dengan hartamu/ karena Allah juga akan bakhil kepadamu//” (HR Bukhari)//


Pada kesempatan lain/ saat usai shalat Idul Adha di sebuah tanah lapang/ Rasulullah SAW berseru/ “Wahai manusia/ bersedekahlah kalian!”/ Kemudian beliau menuju ke tempat para wanita/ dan bersabda/ “Wahai para wanita/ bersedekahlah kalian semua/ karena aku telah melihat banyak penghuni neraka/ adalah dari golongan kalian”// Mereka berkata/ “Ya Rasulullah/ mengapa hal itu bisa terjadi?/ ”Rasulullah SAW/ menjawab/ “sebab kalian sering melaknat dan mengingkari pemberian suami// Aku tidak pernah melihat golongan yang lemah akal dan agamanya/ namun dapat menghilangkan kejernihan akal seorang lelaki yang teguh/ selain dari kalian wahai para wanita//” Setelah mendengar anjuran tersebut/ para wanita itu segera melepas anting-anting dan cincin mereka// Para shahabiyah itu bersegera menunaikan anjuran Rasulullah SAW/ yaitu bersedekah//


Kemudian Rasulullah SAW pun pergi// Sesampai di rumah/ datanglah Zainab/ istri Abdullah bin Mas'ud// Ia meminta izin untuk bertemu// Salah seorang istri beliau pun berkata/ “Wahai Rasulullah/ ini ada Zainab//” Kemudian Rasulullah SAW bertanya/ “Zainab siapa?” “Zainab istri Abdullah bin Mas'ud/” jawab istri beliau// Rasulullah SAW berkata/ “Izinkan ia masuk//” Setelah masuk/ Zainab berkata/ “Wahai Nabi Allah/ hari ini Engkau telah menyuruh kami untuk bersedekah/ dan aku mempunyai perhiasan yang ingin aku sedekahkan/ namun Ibnu Mas'ud beranggapan bahwa ia dan anak-anaknya yang lebih berhak menerima sedekahku//” Rasulullah SAW bersabda/ “Ibnu Mas'ud benar// Suamimu dan anak-anakmu adalah orang-orang yang paling berhak menerima sedekahmu//” (Hadist Riwayat Tirmidzi)//


Sahabat MQ/ Begitulah para wanita di zaman Rasululllah SAW// Mereka selalu bersegera jika melihat peluang untuk beramal dan berbuat kebajikan// Tidak berpikir dua kali// Sungguh berbeda dengan kita// Meski setiap hari melihat korban bencana di televisi dan membaca berita bayi-bayi menderita busung lapar di koran/ semua itu belum menggerakkan tangan kita untuk mengulurkan bantuan// Masih asyik dengan hobi kita berbelanja ria ke mal-mal//


Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah SAW yang dikategorikan sebagai shadaqah/ masih terdapat nash-nash hadits lainnya/ yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah secara umum/ di antaranya adalah:


1. Tasbih/ Tahlil dan Tahmid
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa setiap tasbih/ tahlil dan tahmid adalah shadaqah// Oleh karenanya mereka ‘diminta' untuk memperbanyak tasbih/ tahlil dan tahmid/ atau bahkan dzikir-dzikir lainnya// Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT// Dalam riwayat lain digambarkan:
Dari Aisyah ra/ bahwasanya Rasulullah SAW berkata/ “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam/ tiga ratus enam puluh persendian// Maka barang siapa yang bertakbir/ bertahmid/ bertasbih/ beristighfar/ menyingkirkan batu/ duri atau tulang dari jalan/ amar ma'ruf nahi mungkar/ maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian// Dan ia sedang berjalan pada hari itu/ sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka”// (Hadist Riwayat Muslim)//


2. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
Sahabat MQ/ Rasulullah SAW menjelaskan/ bahwa amar ma'ruf nahi mungkar juga merupakan shadaqah// Karena untuk merealisasikan amar ma'ruf nahi mungkar/ seseorang perlu mengeluarkan tenaga/ pikiran/ waktu serta perasaannya// Dan semua hal tersebut terhitung sebagai shadaqah// Bahkan jika dicermati secara mendalam/ umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah'/ karena memiliki misi amar ma'ruf nahi mungkar// Dalam sebuah ayat-Nya Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia/ menyuruh kepada yang ma`ruf/ dan mencegah dari yang munkar/ dan beriman kepada Allah// Sekiranya Ahli Kitab beriman/ tentulah itu lebih baik bagi mereka/ di antara mereka ada yang beriman/ dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik//” [QS Ali Imran: 110]//

3. Bekerja dan untuk membantu nafkah bagi keluarga
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma'dikarib Al-Zubaidi ra/ dari Rasulullah SAW berkata/ “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia/ yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri// Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri/ keluarga/ anak dan pembantunya/ melainkan akan menjadi shadaqah//” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)//


4. Membantu urusan orang lain
Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani/ dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda/ “Setiap muslim harus bershadaqah//” Salah seorang sahabat bertanya/ “Bagaimana pendapatmu/ wahai Rasulullah/ jika ia tidak mendapatkan harta yang dapat disedekahkan?”// Rasulullah SAW bersabda/ “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah//” Salah seorang sahabat bertanya/ “Bagaimana jika ia tidak mampu/ wahai Rasulullah SAW?”// Beliau bersabda/ “Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya//” Salah seorang sahabat bertanya/ “Bagaimana jika ia tidak mampu/ wahai Rasulullah SAW//?” Beliau menjawab/ “Mengajak pada yang ma'ruf atau kebaikan//” Salah seorang sahabat bertanya/ “Bagaimana jika ia tidak mampu/ wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab/ “Menahan diri dari perbuatan buruk/ itu merupakan shadaqah//” (HR Muslim)//


5. Mendamaikan dua orang yang berselisih
Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah SAW: Dari Abu Hurairah ra berkata/ bahwasanya Rasulullah SAW bersabda/ “Setiap ruas-ruas persendian setiap insan adalah shadaqah// Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah/ mengishlah di antara manusia yang berselisih adalah shadaqah//” (HR Bukhari)//


6. Menjenguk orang sakit
Dalam sebuah hadits/ Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata/ Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda/ “Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah SWT/ maka Allah akan melipatgandakannya dengan tujuh ratus kali lipat// Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya/ atau menjenguk orang sakit/ atau menyingkirkan duri/ maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya// Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya// Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya/ maka itu akan menjadi penggugur dosa-dosanya//” (HR Ahmad)//

7. Berwajah manis atau memberikan senyuman
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Dzar ra berkata/ bahwa Rasulullah SAW bersabda/ “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun// Jika ia tidak mendapatkannya/ maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya/ ia menemuinya dengan wajah ramah/ dan jika engkau membeli daging/ atau memasak dengan periuk/kuali/ maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya//” (HR Turmudzi)//

8. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari
Sahabat MQ/ Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah ra berkata/ bahwa Rasulullah SAW bersabda/ “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?”// Abu Bakar menjawab/ “Saya/ wahai Rasulullah//” Rasulullah SAW bersabda lagi/ “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?”// Abu Bakar menjawab/ “Saya/ wahai Rasulullah//” Rasulullah SAW bertanya/ “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?”/ Abu Bakar menjawab/ “Saya/ wahai Rasulullah//” Rasulullah SAW bertanya kembali/ “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab/ “Saya/ wahai Rasulullah//” Kemudian Rasulullah SAW bersabda/ “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga”// (HR Bukhari)///

Sumber: Situs Bersedekah Bagi Para Wanita

Sahabat MQ/ Pernahkah Anda berdagang/ kemudian mendapat keuntungan sepuluh kali lipat?// Alangkah ruginya kita/ jika menolak mendapat keuntungan tujuh ratus kali lipat// Keshahihan transaksi itulah yang telah dijamin oleh Rasulullah SAW/ di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi/ “Barangsiapa yang menafkahkan hartanya untuk membantu peperangan di jalan Allah/ maka akan dilipatgandakan pahalanya menjadi tujuh ratus//


Karena itu/ dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Abu Mas'ud Al-Anshari/ “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW/ dengan menuntun seekor unta yang dilubangi hidungnya// Kemudian ia berkata/ ‘Unta ini saya pergunakan untuk berperang di jalan Allah/ wahai Rasulullah'// Kemudian Rasulullah SAW bersabda/ ‘Kamu akan mendapatkan tujuh ratus unta semisal itu pada hari kiamat/ semua dilubangi hidungnya'// (HR Muslim)//


Sungguh ini kabar gembira dari Rasulullah SAW Sahabat MQ// Apa yang kita sedekahkan di jalan Allah/ akan mendapat gantinya hal serupa tujuh ratus kali lipat// Seperti halnya jika kita wakafkan satu rumah untuk majelis taklim/ maka Allah SWT akan mengembalikan 700 rumah kepada kita//
Dalam surat Al-Baqarah ayat 261/ Allah SWT berfirman/ “Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah/ adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai/ pada setiap tangkai terdapat seratus butir// Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa saja yang Dia kehendaki// Dan Allah Mahaluas karunia-Nya/ lagi Maha Mengetahui”// Begitulah janji Allah kepada orang yang berinfak dengan niat yang ikhlas karena Allah semata// Dan infaknya pun disalurkan kepada tempat yang benar/ kepada orang-orang yang berhak//


Rasulullah SAW/ mengajarkan perihal ini kepada para sahabatnya// Bahkan/ kepada Bilal yang termasuk kalangan sahabat yang fakir secara finansial// Rasulullah SAW bersabda “Wahai Bilal/ berinfaklah! Jangan takut kekurangan dari Dzat yang mempunyai langit”// Hadist Riwayat Shahih Al-Jami// Jika Bilal yang miskin saja Rasulullah SAW menganjurkan berinfak/ bagaimana dengan sahabat yang berpunya?//


Sahabat MQ/ Ternyata/ anjuran berinfak bukan saja/ dianjurkan hanya kepada kaum lelaki// Rasulullah SAW bahkan berwasiat khusus kepada kaum wanita// Saat bertemu dengan Asma'/ Rasulullah SAW bersabda/ “Berinfaklah dan janganlah kamu menghitung-hitung hartamu/ karena Allah juga akan menghitung-hitung rezeki-Nya untukmu// Dan janganlah engkau bakhil dengan hartamu/ karena Allah juga akan bakhil kepadamu//” (HR Bukhari)//


Pada kesempatan lain/ saat usai shalat Idul Adha di sebuah tanah lapang/ Rasulullah SAW berseru/ “Wahai manusia/ bersedekahlah kalian!”/ Kemudian beliau menuju ke tempat para wanita/ dan bersabda/ “Wahai para wanita/ bersedekahlah kalian semua/ karena aku telah melihat banyak penghuni neraka/ adalah dari golongan kalian”// Mereka berkata/ “Ya Rasulullah/ mengapa hal itu bisa terjadi?/ ”Rasulullah SAW/ menjawab/ “sebab kalian sering melaknat dan mengingkari pemberian suami// Aku tidak pernah melihat golongan yang lemah akal dan agamanya/ namun dapat menghilangkan kejernihan akal seorang lelaki yang teguh/ selain dari kalian wahai para wanita//” Setelah mendengar anjuran tersebut/ para wanita itu segera melepas anting-anting dan cincin mereka// Para shahabiyah itu bersegera menunaikan anjuran Rasulullah SAW/ yaitu bersedekah//


Kemudian Rasulullah SAW pun pergi// Sesampai di rumah/ datanglah Zainab/ istri Abdullah bin Mas'ud// Ia meminta izin untuk bertemu// Salah seorang istri beliau pun berkata/ “Wahai Rasulullah/ ini ada Zainab//” Kemudian Rasulullah SAW bertanya/ “Zainab siapa?” “Zainab istri Abdullah bin Mas'ud/” jawab istri beliau// Rasulullah SAW berkata/ “Izinkan ia masuk//” Setelah masuk/ Zainab berkata/ “Wahai Nabi Allah/ hari ini Engkau telah menyuruh kami untuk bersedekah/ dan aku mempunyai perhiasan yang ingin aku sedekahkan/ namun Ibnu Mas'ud beranggapan bahwa ia dan anak-anaknya yang lebih berhak menerima sedekahku//” Rasulullah SAW bersabda/ “Ibnu Mas'ud benar// Suamimu dan anak-anakmu adalah orang-orang yang paling berhak menerima sedekahmu//” (Hadist Riwayat Tirmidzi)//


Sahabat MQ/ Begitulah para wanita di zaman Rasululllah SAW// Mereka selalu bersegera jika melihat peluang untuk beramal dan berbuat kebajikan// Tidak berpikir dua kali// Sungguh berbeda dengan kita// Meski setiap hari melihat korban bencana di televisi dan membaca berita bayi-bayi menderita busung lapar di koran/ semua itu belum menggerakkan tangan kita untuk mengulurkan bantuan// Masih asyik dengan hobi kita berbelanja ria ke mal-mal//


Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah SAW yang dikategorikan sebagai shadaqah/ masih terdapat nash-nash hadits lainnya/ yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah secara umum/ di antaranya adalah:


1. Tasbih/ Tahlil dan Tahmid
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa setiap tasbih/ tahlil dan tahmid adalah shadaqah// Oleh karenanya mereka ‘diminta' untuk memperbanyak tasbih/ tahlil dan tahmid/ atau bahkan dzikir-dzikir lainnya// Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT// Dalam riwayat lain digambarkan:
Dari Aisyah ra/ bahwasanya Rasulullah SAW berkata/ “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam/ tiga ratus enam puluh persendian// Maka barang siapa yang bertakbir/ bertahmid/ bertasbih/ beristighfar/ menyingkirkan batu/ duri atau tulang dari jalan/ amar ma'ruf nahi mungkar/ maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian// Dan ia sedang berjalan pada hari itu/ sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka”// (Hadist Riwayat Muslim)//


2. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
Sahabat MQ/ Rasulullah SAW menjelaskan/ bahwa amar ma'ruf nahi mungkar juga merupakan shadaqah// Karena untuk merealisasikan amar ma'ruf nahi mungkar/ seseorang perlu mengeluarkan tenaga/ pikiran/ waktu serta perasaannya// Dan semua hal tersebut terhitung sebagai shadaqah// Bahkan jika dicermati secara mendalam/ umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah'/ karena memiliki misi amar ma'ruf nahi mungkar// Dalam sebuah ayat-Nya Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia/ menyuruh kepada yang ma`ruf/ dan mencegah dari yang munkar/ dan beriman kepada Allah// Sekiranya Ahli Kitab beriman/ tentulah itu lebih baik bagi mereka/ di antara mereka ada yang beriman/ dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik//” [QS Ali Imran: 110]//

3. Bekerja dan untuk membantu nafkah bagi keluarga
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma'dikarib Al-Zubaidi ra/ dari Rasulullah SAW berkata/ “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia/ yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri// Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri/ keluarga/ anak dan pembantunya/ melainkan akan menjadi shadaqah//” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)//


4. Membantu urusan orang lain
Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani/ dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda/ “Setiap muslim harus bershadaqah//” Salah seorang sahabat bertanya/ “Bagaimana pendapatmu/ wahai Rasulullah/ jika ia tidak mendapatkan harta yang dapat disedekahkan?”// Rasulullah SAW bersabda/ “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah//” Salah seorang sahabat bertanya/ “Bagaimana jika ia tidak mampu/ wahai Rasulullah SAW?”// Beliau bersabda/ “Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya//” Salah seorang sahabat bertanya/ “Bagaimana jika ia tidak mampu/ wahai Rasulullah SAW//?” Beliau menjawab/ “Mengajak pada yang ma'ruf atau kebaikan//” Salah seorang sahabat bertanya/ “Bagaimana jika ia tidak mampu/ wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab/ “Menahan diri dari perbuatan buruk/ itu merupakan shadaqah//” (HR Muslim)//


5. Mendamaikan dua orang yang berselisih
Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah SAW: Dari Abu Hurairah ra berkata/ bahwasanya Rasulullah SAW bersabda/ “Setiap ruas-ruas persendian setiap insan adalah shadaqah// Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah/ mengishlah di antara manusia yang berselisih adalah shadaqah//” (HR Bukhari)//


6. Menjenguk orang sakit
Dalam sebuah hadits/ Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata/ Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda/ “Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah SWT/ maka Allah akan melipatgandakannya dengan tujuh ratus kali lipat// Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya/ atau menjenguk orang sakit/ atau menyingkirkan duri/ maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya// Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya// Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya/ maka itu akan menjadi penggugur dosa-dosanya//” (HR Ahmad)//

7. Berwajah manis atau memberikan senyuman
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Dzar ra berkata/ bahwa Rasulullah SAW bersabda/ “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun// Jika ia tidak mendapatkannya/ maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya/ ia menemuinya dengan wajah ramah/ dan jika engkau membeli daging/ atau memasak dengan periuk/kuali/ maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya//” (HR Turmudzi)//

8. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari
Sahabat MQ/ Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah ra berkata/ bahwa Rasulullah SAW bersabda/ “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?”// Abu Bakar menjawab/ “Saya/ wahai Rasulullah//” Rasulullah SAW bersabda lagi/ “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?”// Abu Bakar menjawab/ “Saya/ wahai Rasulullah//” Rasulullah SAW bertanya/ “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?”/ Abu Bakar menjawab/ “Saya/ wahai Rasulullah//” Rasulullah SAW bertanya kembali/ “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab/ “Saya/ wahai Rasulullah//” Kemudian Rasulullah SAW bersabda/ “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga”// (HR Bukhari)///

Sumber: Situs Radio MQ Jogja Fm
NIKMATNYA SEBUAH KEMISKINAN
Kesadaranku untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi sama sekali tidak pernah terbesit di benak ku, apalagi biaya pendidikan saat ini semakin besar, belum lagi biaya kuliah kakak ku dan biaya sekolah ku dan adik-adik cukup menguras kantong orang tuaku Ditengah perjalanan, saat aku numpang, berangkat ke sekolah dengan pak Yadi, di karenakan sepedaku yang rusak berat, mau tidak mau aku harus menerima kenyataan yang adalah secara bertubi-tubi
"Elyss! Kenapa kamu tidak naik sepeda, seperti biasanya" tanya Pak Yadi
"Emm..sepeda saya rusak pak!, tidak tahu kenapa tiba-tiba ! ujarku
"Kok bisa! berarti kamu saja yang tidak merawat sepedamu yang sudah tua itu” jawabnya sambil tersenyum masam
Akupun terdiam tidak menjawab, awalnya aku menganggap pertanyaan-pertanyaan pak Yadi suatu hal yang wajar, mungkin dia ingin tahu dan mengetest kesabaranku, lagi-lagi aku mencoba untuk berfikir positif dan mencoba untuk tenang dan berbaik sangka
Aku terdiam sambil menelan ludah yang kurasakan pahit, aku mencoba untuk berlapang dada tiap kali dia menindirku, Kehidupan bagaikan roda berputar kadang diatas kadang dibawah bukankah begitu?
"Sudahlah sebaiknya kamu bekerja saja, karena kamu itu terlalu mimpi untuk bersekolah, apalagi dengar-dengar, kamu akan kuliah ya, duh... tidak mungkin" ujar pak Yadi terus menyudutkanku,
Deg jantungku berdetak kencang, auraku terasa merah mendengarkanya ucapanya yang kuarasakan panas ditelinga
"Ya...Tuhan" apa salahku dan keluargaku sehingga aku harus mendengarkan yang seharusnya tidak kudengar, kata-kata itu sungguh menyakitkan? bukankah kemiskinan ini bukan kemauanku, tetapi ujian dari-Mu ” batinku terus bergema menanti jawaban
"Kenapa dari tadi kamu hanya diam? ujarnya
"Emhmmeemm, o o ya ti..ti tidak ada apa-apa pak! saya menyerap perkataan dan mendengar apa yang barusan bapak bilang" ujarku begitu gugup kupaksakan bibirku untuk tersenyum meski batin menangis
”Ya..mungkin saja bapak benar,!” ujarku tersenyum simpul, sesaat aku terdiam membisu, menahan sakit di dada, yang terasa nyeri sekali
"Emmmmmeemmmm, tapi maaf saya merasa berhak untuk sekolah, Pak!" jawabku dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaannya
"Ya ..memang sih, ! tapi seharusnya kamu bisa lihat kondisi keluargamu yang semrawut gitu, jangankan untuk membayar uang sekolah dan lihat baju kamu itu, bukanya itu baju miliknya kakakmu dulu" ujarnya tanpa menghirau perasaanku, aku hanya mengangguk berusaha mengunci bibirku rapat-rapat
* * * *
Tiga hari yang lalu aku dinyatakan lulus dengan nilai yang baik. aku pun tidak ingin terlalu lama untuk berdiam diri dirumah keinginanku untuk bekerja, agar bisa membantu kedua orangtuaku sudah bulat tidak bisa diganggu gugat lagi
"Ya Tuhan beri jalan keluar kepada hamba agar hamba bisa melobi dan merayu ayah, agar ayah mengizinkanku bekerja,! pintaku dalam hati, tanpa restu dan izinnya tidak mungkin aku berangkat" batinku menerka-nerka tanpa kepastian.
"Elyss..!" panggil ayahku dengan wajah senduhnya,
"Emmm..mm..mm ada apa ayah?" ujarku gugup
"kemarin ibumu bilang dengan ayah kalau satu minggu lagi kamu akan berangkat ke kota Batam untuk bekerja! apakah itu benar? "Elyss! apakah niatmu untuk bekerja di Batam sudah kamu pikirkan matang
"Elyss!" panggil ayah lagi sambil melihat ku.dengan serius.
"sampai saat ini ayah tidak tahu apa maumu dan apa yang ada dibenakmu, tetapi harapan ayah kamu tidak mengecewakan ayah,
Aku membisu membiarkan ayah berargumentasi dengan lepas, seakan-akan dibenakku hanya uanglah yang membuatku menentang keputusan ayah
"Elyss...coba lihat ayah, jangan kamu tertunduk seperti itu cobalah untuk tegas" kata ayah ku lagi yang membuatku cukup malu dihadapan ayah
"Sekali lagi ayah hanya ingin tahu tentang kemauanmu yang sebenarnya!..Apa yang membuatmu pesimis seperti ini? bukankah selama ini ayah selalu mengatakan, hidup itu penuh perjuangan, dan kamu harus mengerti itu" tanya ayah sambil mengingatkanku akan nasehatnya yang selalu diucapkannya dengan penuh semangat.
"Tapi ayah! bukannya aku tidak mau menuruti ayah, aku tahu itu demi kebaikanku, bahkan itu juga impianku tapi..." Aku terdiam tidak meneruskan ucapanku, seakan-akan bibirku beku dan lidahku kelu dan tergantung terjepit seketika.
"Tapi apa? bicaralah karena sampai saat ini ayah tidak tahu sejauh mana alasanmu, dan argumentasi apa yang ada dibenakmu saat ini, barangkali alasan itu bisa meluluhkan hati ayah" ujarnya lagi, sedikit menekanku agar aku mampu berkata.
"ayah ingin tahu?” ujarnya, menatapku membuatku kaku seketika.
"Ayah..! masalahnya aku tidak bisa melihat ayah seperti ini terus menerus, dan aku selalu saja menjadi beban, apalagi biaya kuliah itu tidak murah, biaya itu sangat mahal, aku tidak bisa melihat ibu dan ayah bekerja kasar seperti ini. maafkan aku " jawabku dengan tegar, agar Ayah mengerti, tak kuasa aku menahan air mataku yang sedari tadi kutahan di kelopak mataku
”Nak! rezeki Tuhan itu sangat luas, Elyss..!jangan terlalu takut kalau kamu tidak bisa hidup jika kamu kuliah, ayah akan berjuang demi kamu
Aku terdiam, kata-kata ayah seakan-akan memberiku sejuta harapan, menghidupkan hatiku yang terlanjur lumpuh dan mati, sambil menghapus air mataku aku tersenyum kembali, semangat untuk hidup yang lebih baik, dan kuangkat wajahku seketika kulihat rambut ikal milik ayah yang sudah ditumbuhi banyak si uban menghias di kepala ayahku.
"Sudahlah..! kamu jangan pesimis seperti itu, dan kamu jangan terlalu pusing-pusing dengan masalah ini, jalani semuanya apa adanya, hadapi hidup ini dengan ikhlas dan berfikir, hidup adalah sesuatu yang harus dinikmati, janganlah kau putus asa karena tidak melihat jalan keluar kalau begitu, dimanakah Allah dan taqdir-Nya? Hasbunallah ni’ma maula wani’ma nasir,...”ujar ayahku
Deg,..jantung berdetak, Aku begitu terpaku mendengar ayah begitu semangat jika memberi perumpamaan-perumpamaan, tausiah-tausiah yang menggetarkan hatiku, terlintas dibenakku sejauh itu
Akupun hanya tersenyum,” kucintai Engkau karena Allah, ayah !,”batinku bergema
Ayahku adalah seseorang yang sangat sabar jika menghadapi siapapun termasuk aku, ayah tidak henti-hentinya dan tidak pernah bosan selalu saja memberi semangat yang luar biasa tetapi, entah mengapa aku masih memiliki jiwa yang kerdil, aku kembali menyakinkan ayah..bahwa aku akan memberikan ayah yang terbaik didalam hidupku.
" Ayah! bukannya aku pesimis, tapi jika aku bekerja. Ayah bisa terbantu dan ibu tidak perlu lagi bekerjaan mati-matian seperti ini aku berjanji jika aku bekerja nanti, aku akan mengirim uang buat keluarga dan sebagian uang itu bisa digunakan untuk membiayai sekolah adik-adik,dan membayar hutang-hutang ayah yang ada di koperasi," jawab ku tenang
"Ya..Tuhan, maafkan aku jika suatu waktu aku membuat ayah kecewa," pintaku dalam hati, sambil berlinang air mata, aku terenyuh dihadapan ayah yang mulai selesai mencetak gula sementara aku hanya terpaku seperti patung duduk di samping pencetakan gula, kuangkat kembali wajahku.
" Ayah..! aku mohon jangan meminta dan mengharapkan aku seperti itu aku takut tidak bisa mewujudkan impian ayah, sudah terlalu banyak uang yang ayah keluarkan untuk ku, ku mohon izinkanlah aku bekerja! ini semua demi kebaikan keluarga kita juga" rayuku lagi
"Maafkan aku ayah" ujarku dengan penuh penyesalan dengan kelemahanku. bahkan pesimis dengan semua pernyataan ayah, yang membuatku hampir tak bernafas
"Jangan kamu berpikir apa yang kamu lakukan demi menyenangkan hati ayah nak! Tapi, ambillah kalau menurut kamu itu baik, demi kebaikamu, rubahlah niatmu Nak!, cobalah untuk berbuat apapun karena ibadah mengharapkan ridho-Nya, bahkan ayah tidak menjamin dengan kuliah kamu menjadi orang yang lebih baik, akan tetapi semua tergantung niatmu dan usahamu,hidup ini pilihan jika kamu ingin kebaikan berjuang dan berbuat baiklah sesuai dengan ajaran-Nya, tetapi jika kamu memilih keburukan tidak perlu berjuang dan bermalas-malasanlah" ujar Ayah
"ayah..aku, aku merasa ini adalah pilihan yang terbaik dan aku cukup tahu diri masih ada tujuh lagi, adik-adik yang harus ayah sekolahkan dan satu kakak yang bapak kuliahkan, saat ini aku melihat kondisi ayah harus dibantu",jawabku begitu dengan hati-hati
Memang aku tidak ingin menangis apalagi sedih dalam kemiskinan, aku harus tegar manghadapi kehidupan ini, tetapi kedua kelopak mataku sudah tidak bisa dibendung lagi,.
***
Kedatangan ayah cukup mengagetkanku tapi aku senang sejenak kulihat wajah ayah yang selalu menyugukan dengan senyuman yang selalu lekat dibibirnya dan selalu menjadi ciri khas ayah, yang membuatku belajar banyak dari ketabahan dan ketenagannya dan prestasimya menghadapi sesulit apapun masalah" dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan" itu pesan ayah setiap aku akan melakukan sesuatu yang kuanggap sulit sehingga mampu mengeluarkan cahaya dan energi yang sunguh luar biasa.
"Elyss!, ayah tahu hidup kita memang sedikit sulit tetapi ini bukan menjadi alasan agar kamu tidak kuliah, berjuangalah nak!
"Baiklah! tapi beri aku waktu untuk berpikir tiga hari ini" jawabku lagi berusaha untuk tidak mengecewakan siapapun baik ayah maupun ibuku, ayah yang mendengarkan ku dengan seksama, dibarengin senyum manisnya.memberiku kesempatan dan tidak mengekangku sama sekali.
"Baiklah ..mudah-mudahan pilihanmu adalah yang terbaik dan jangan lupa berdoa mohon petunjuk Tuhan yang terbaik." pinta ayah mengingatku.
Akupun mengagagukan kepalakuku terdiam tidak memberontak sedikitpun walau kadang apa yang diuacapkan ayah tidak sesuai dengan hati nurani ku tapi aku yakin apa yang dianjurkannya demi kebaikanku juga.pikirku lagi.
Kulihat wajah bulat yang kusut milik ibuku sedang asyik yang sedang mengngikat daun ubi dan menata rapi pisang Banten yang akan dijual dipasar, yang membuatku tidak tega
Ya Allah, sampai kapan ibu akan seperti itu, lirih ku dengan perasaan sedih menyayat luka dihati. Memang suatu yang lumrah jika ibu tidak setuju kalau aku kuliah, karena Aku tahu betapa payahnya mencari uang. Seketika wajah senduh milik ibu tersenyum sumringah ketika melihat adikku yang berumur tujuh tahun berpola dan bertingkah laku aneh
"Ha..h,,hha.."
lelah yang ia rasakanpun sekejap hilang tanpa beban ibu tertawa bahagia walau seluruh tubuhnya begitu lelah ditambah lagi kerja kerasnya
"Apa yang kamu lakukan dipintu itu" tanya ibuku mengagetkan ku, aku yang baru tersadar begitu gugup melihat ibu sumringah heran melihatku, binar wajah ibu ku dan matanya yang mengandung hikmah dan kesabaran membuat salah tingkah dihadapan ibuku sendiri.tanapa dimintapun aku langasung duduk mendekatinya dan membantu mengikat daun ubi yang masih berserak dan tampak hijau begitu segar dipandang,aku tersenyum memandang wajah ibu.
"Bu..ibu...bb..!" panggilku dengan terbata-bata
"Emm..ada apa..?"jawab ibuku tanpa memandangku, yang masih kosentrasi dengan kerjanya membuatku malas untuk bicara. Aku termanguh sejenak takut kalau ibu marah dan kecewa.
"Bu..Aku harus bagaimana?" Tanyaku dengan hati hati dan perasaan tidak menentu, sambil menunggu jawaban ibuku, walau sedikit lama ibu baru menjawab.
"Apanya yang bagaimana?" Tanya ibuku lagi,yang hanya memandang wajahku sejenak kemudian melanjutkan aktivitasnya.kembali. Sejenak aku terdiam sambil berpikir mengapa ibu tidak faham maksudku
”Bu..Ibu setuju tidak, kalau aku kuliah?” ujarku merayunya, tapi ibu terdiam tidak menjawab ibu hanya terdiam, kulihat sesaat wajah ibu memerah
"Bu..bu,..bu..!" kupangil sampai tiga kali tetapi nyaris tidak bersuara
"Bu bagaimana..?” tanyaku lagi
dengan sangat hati-hati, akupun duduk di sisi ibu sambil menyentuh tangan ibu, sebenanya aku takut ibu tersinggung karena perkataanku dan aku tidak ingin dianggap anak yang tidak tahu diri dengan keadaan ku yang saat ini.
"Nak ibu pikir kamu tidak usah kuliah, karena untuk saat ini hidup kita begitu sulit, untuk makan saja ibu harus menjual daun setiap hari. Apa lagi untuk kuliah, apakah kamu tidak melihat kakak mu, membayar biaya kuliahnya saja tersendat-sendat, pokoknya ibu tidak habis pikir kalau kamu tega menambah beban nak!” ujarnya menatap sambil mengomel panjang
”duh..Elyssss.. ibu seharusnya kamu harus melihat apa yang terjadi dengan kakak mu itu cukup dengan pelajaran" ujar ibu tanpa senyum, yang membuatku terenyuh tak berdaya
"Tapi kan bu!" omongankupun langsung terputus, saat ibu langsung memotong penjelasanku yang tidak selesai, sedangkan aku hanya langsung terdiam tanpa berbicara apupun lagi.
"Tapi apa?" kamu mau membunuh ibu secara tidak langsung, kamu tidak lihat atau perasaan kamu dimana? kamu tidak lihat ibu bekerja siang malam tanpa henti, ibu rasanya sudah hampir setengah mati membiayai kakak mu itu
"Tetapi kalau ayah mu bersikeras menguliahkan kamu ya terserah!.. ayah mu saja, pokoknya ibu tidak akan mau ambil pusing, sekarang yang terpenting ibu ingin sekali lagi, kamu berpikirlah kembali karena ibu tidak bisa memberi uang jika kamu butuh
"Ibu sebenarnya aku juga tidak ingin kuliah tapi ayah begitu mengiginkanku untuk kuliah jadi aku harus bagaimana? aku bingung bu kumohon jangan beri aku pilihan yang begitu sulit bagiku siapa yang kuturuti sedangkan aku tidak ingin diantara ibu dan ayah terasa tersakiti" pintaku dengan raut wajah penuh harap.
"Tapi ya! sudahlah bu, aku tidak memaksa ibu untuk setuju, sebagai anak yang baik aku hanya meminta pendapat ibu saja kok.." dengan raut wajah memerah jawabku lagi dengan tenang,
Kemudian kutinggalkan ibu diberanda sendiri jujur dibenakku saat ini hanya ada ke bingungan saja yang tersisa. siapa harus ku turuti, jika aku dikatakan sedih..tidak aku tidak sedih, kadangkan terpikir olehku aku tetap bersyukur SMA bisa kuliahkan dengan baik, terkadang batin ini selalu saja membenarkan kata-kata ibu.
***
Bruuukkk...sontak saja ibu terkejut dan piring kaca yang dipegang ibuku langsung jatuh dan pecah, sementara aku yang berada dibalik tirai pintu kamar mendengarkan pembicaraan ayah dan ibuku.
"Ha...di Yogyakarta!" batinku
"Ya..Tuhan begitu kuatnya ambisi ayahku yang ingin agar aku kuliah dikota Jogjakarta
”Ah tidak mungkin”,ujarku tidak percaya
” pasti ayah bercanda” ujarku lagi, dengan seribu tanda tanya
sejenak kudengarkan saat ibu terkejut dan mengeluh, dengan spontan sambil mengutip serpihan kaca yang pecah ibu menyusuri kaca yang berserak akibat piring kaca yang terjatuh
"Aduh bang, apa abang sudah tidak waras, mimpi apaa abang ini? uang dari mana kita dapatkan setiap bulanya" tanya ibuku ingin tahu
"Sudahlah tenang saja, besok pasti ada jawaban yang jelas Elys itu, harus berangkat ke Jogja" jawab ayah sambil tersenyum
Aku tertegun sejenak, batinku seolah-olah menasehatiku, benar kata ibu ..akh aku tidak ingin menyusahkan ibu dan, aku tidak boleh egois memikirkan diri sendiri,
sesaat kemudian ayah berusaha membujuk ibu kembali dengan kata-katanya yang memnggugahkan hati yang sedang kacau.
"Ayolah dek.. jangan terlalu egois dengan anak sendiri" pinta ayah membujuk ibuku yang sedikitpun tidak merespon
bahkan, ibu hanya dia lama sekali ibu memberi jawaban seakan-akan ada ketakutan dan seribu pertimbang yang harus diputuskanya, takut kalau-kalau aku kelaparan di Jogja,
"Baiklah aku ” ujar ibu yang akhirnya mencair
***
Aku termenung dikamar, aku ingin bekerja saja tetapi ayah mengharuskan Aku kuliah, sebenaranya aku senang bisa kuliah apalagi di kota Jogjakarta. tapi, lain sisi aku sedih karena harus mengorbankan perasaan ibuku," maafkan aku bu", batinku terasa sesak dihinggapi penuh rasa bersalah, sehingga menambah beban ibu kembali. Sebenarnya aku tidak sanggup memberi beban kepada meraka, tapi Aku bisa apa? ini sebuah keputusan dari ayah.
"Elyss !!...ada yang perlu kamu ingat, ini bukan masalah taqdir tetapi kemampuanmu untuk mengubah jalan hidup, dan ada yang harus kamu ketahui Tuhan tidak akan memberikan cobaan, sesuai dengan kapasitasnya hambanya"
"Sudahlah jangan terlalu banyak berpikir lagi, terima saja keputusan ayah dan satu hal lagi, selama kamu kuliah jangan memikirkan pengeluaran, makan tidaknya, itu urusan belakang, saat ini tugas kamu menuruti apa yang ayah saran kan kemarin, dan pilihlah Perguruan Tinggi yang baik dan berkualiatas" Ujar ayah kepadaku, sementara aku sendiri terdiam dalam ketidakpercayaan dan kebingungan.
Karena tidak ingin terlalu muluk ayah memberikan ku dua pilihan, ayah menatapkku dengan serius dan berbicara dengan biasa tanpa ada sebuah beban sedikitpun,
"Elyss dengarkan ayah, optimislah ! ayah akan memberimu dua pilihan pilihan yang pertama adalah jika besok ayah mendapatkan uang maka kamu harus berangkat ke Jogja, tetapi jika ayah gagal mendapatkan uang ayah setuju dengan keputusanmu dan kamu boleh pindah untuk bekerja di Batam" kata ayah begitu tegas dan tidak terlalu menyulitkanku
Sementara aku sendiri terpaku tidak berdaya sejenak aku terenyuh, dalam kesendirian menanti sebuah kepastian, sampai saat ini masih saja terbayang di benak ku apa yang kuharus kulakukan..?
***
Siang ini aku mencoba menenangkan diri sambil beristirahat diruang tamu, tiba-tiba suara ibu memanggilku dari ruang kerja ayah, dengan langkah tergopoh-gopoh dengan kain batik yang dipakainya sudah sangat usang dan lusuh sekali.
" Elyss!.." panggil ibuku
"Elyss, ayah hanya memiliki uang tujuh ratus ribu dan ini tiketmu", ayah menyerahkan tiket dan uang
Ya..Tuhan mimpikah aku langsung mengurut dadaku, masih ada terbesit ketidak yakinanku dengan uang dan tiket yang sedang kupegang erat sekali, tidak mungkin..masih saja aku tidak percaya, ada sejuta pertanyaan dibenakku, aku masih tidak percaya
Ya..Tuhan dari mana orang tuaku mendapatkan uang ini? pikirku, penuh pertanyaan yang membingungkanku
***
Alhamdullih, dua bulan sudah aku berada dikota Yogyakarta, dan aku sudah diterima di perguruan tinggi swasta, tapi aku masih dirundung rasa sedih, kemarin ayah berkirim surat mengabarkan bahwa ibu sakit keras, aku benar-benar sedih, aku sudah berusah tegar meski aku tidak tahu apa yang harus kulakukan selain berdoa. Sesungguhnya aku benar-benar berharap kepada Allah sehingga dengan kesabaran yang baik seakan-akan aku dapat melihat apa saja yang telah dilakukan Allah kepadaku. Kutundukan wajahku tak terasa air mataku mengalir. Aku segera menyekanya aku tidak ingin larut dalam kesedihan, aku percaya setiap kesulitan ada kemudahan
”Semoga kesusahan yang menimpa diriku di baliknya terdapat kemudahan dalam waktu dekat dan kebahagian bukanlah milik orang yang berharta banyak melainkan kebahagian itu hanya milik orang yang bertaqwa” ujarku menyakinkan diriku
Hari ini tidak ada mata kuliah, kupersiapkan diriku untuk menyelesaikan tugas makalah Pengatar manajemanen, sejenak didepan komputer aku tersenyum memandang backround monitor wajahku yang tersenyum dengan jilbab biru langit, aku begitu terpesona memandang wajahku yang menurutku indah, aku teringat bahwa Allah adalah sang pemahat wajah yang maha terbaik dari terbaik.
Sesaat pikiranku bercabang, aku jadi teringat, kalau hari ini belum mandi, tidak menunnggu lama akupun langsung bangkit dari depan komputer yang sudah terlanjurkan kuhidupkan, kubiarkan layar monitorku hidup, aku harus mandi rasanya jika badan ini tidak tersentuh air yang begitu dingin, tidak nyaman dan tidak afdol untuk seorang muslimah, seluruhnya harus dibersihkan dan disegarkan. Baru menyentuh handuk di gantung balik pintu kamarku, handphone-ku sudah menjerit.
”Tante Mita menanggil” tumben batinku,
Tante Mita adalah adik ibu yang selalu membantu ibu, walau sudah menikah tetapi tante selalu membantu perekonomian keluargaku
"Ha..haallo assalamu’alikum .. ada apa.. Tante? Tanyaku, entah tiba-tiba aku begitu cemas dan gugup, jantung tiba-tiba berdetak kencang
”Anu, maaf sebelumnya. Tapi ini, mau mengabarkan....”
”iya ada apa sih Tante?” tanyaku semakin tak sabar
”Emm..., Elyss harus tabah, ya....
” Anu,...anu ibumu,....
Beberapa detik berlalu
Phonsel yang berada dalam genggamanku terasa begitu berat. Kini, telingaku tak mampu lagi mendengar kata-kata Tante Mita diujung Phonsel, karena itu sebelumnya telah menghantam keras jiwaku, pendanganku tiba-tiba berkunang-kunang

Doa Cinta Sang Pengantin

Tuk Shbatku: (Nurfaedah Syhroni) Doa Cinta Sang Pengantin
by Kartini Nainggolan on Tuesday, August 11, 2009 at 9:53pm
MITSAQAN GHOLIZAH

Doa Cinta Sang Pengantin
@@@

Ya Allah Ar Rahman Ar Rahim
Sesunggguhnya hati ini
Telah terhimpun dalam cinta
Dan bertemu taat padamu
Ya... Allah Ya Malik Alquddus
Eratkanlah ikatannya, kekalkanlah
Kasih sayangnya berkahilah jalannya
Dan penuhilah hati ini
Dengan cahaya-Mu yang tak pernah pudar

@@@

Ya Allah, andai Engkau berkenan
Limpahkanlah kepada kami cinta
Yang kau jadikan pengikat rindu
Rasullullah dan Khadijah Al-Qubra
Yang Kau jadikan mata air kasih sayang
Imam Ali dan Fatimah Az-ZAHRA
Yang Engkau jadikan penghias keluarganya
Nabimu yang suci

Ya allah, andai semua ini tak layak bagi kami,
Maka cukupkanlah permohonan kami dengan ridhomu
Jadikanlah kami sebagi suami istri
Yang saling mencintai dikala dekat
Saling menjaga kehormatan
Dikala jauh, saling menghibur
Dikala duka, saling mengingatkan
Dikala bahagia saling mendoakan
Dalam kebaikan dan ketaqwaan
Saling menyempurnakan dalam
peribadatan.
Ya Allah, sempurnakanlah kebaikan
Kami dengan menjadikan perkawinana ini
Sebagai ibadah kepadamu dan bukti
Pengikat dan cinta kami
Kepada sunnah keluarga Rasul-Mu
Amin... Allahummaamin
Life Is Struggle
Bismillah….
Mengalir seperti Air. Pasrah, apa mauNya, Allah. Tulisan ini merupakan kisah nyata dari sepenggal perjalanan hidupku mencari jati diri dan berjuang dalam menempuh pendidikan. Hidup ini dibutuhkan pengorbanan berupa, kerja keras, tidak menyerah, tidak putus asa, sabar, ikhlas serta mensyukuri Nikmat Allah yang telah kita miliki. Allah Maha adil, ada si kaya ada pula si miskin. Hidup, ibarat roda berputar kadang berada diatas, kadang berada dibawah. Belajar, memahami arti sebuah kehidupan yang sangat kompleks di sekeliling kita. Pasti kita akan berucap, Alhamdulilah. Terimakasih Ya Allah.
Terlahir dari keluarga yang sederhana aku dididik menjadi seorang Kartini yang berbeda. Aku anak ke Enam dari tiga belas bersaudara, memiliki tujuh adik dan lima kakak. Bapak bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di sebuah Sekolah Dasar Negeri sedangkan Ibu bekerja sebagai pedagang sayur di Pasar. Aku adalah tipe manusia yang perfeksionis, kreatif, spontan dan ekstrover, meski terlalu banyak masalah dalam hidup aku tergolong orang yang mudah menemukan solusi, aku berani menerima tantangan, namun sangat tidak suka spekulasi. Aku memiliki jiwa sangat sensitive dan mudah bosan. Selama menempuh pendidikan enam tahun yang lalu, Sekolah sambil bekerja sudah menjadi pilihanku dan itu tidak bisa di cancel. Kerja apa saja kulakukan mulai dari cuci piring di sebuah rumah makan, pembantu rumah tangga hingga sebagai penjaga bayi. Itu semua kulakukan demi meringankan orang tua, agar tidak perlu membiayai pendidikanku (mungkin karena aku bukan tergolang anak yang cerdas, rasanya sulit sekali mendapatkan beasiswa.) maka dari itulah aku terus berpikir mencari biaya dan fasilitas gratis!. Usiaku yang masih dini, (waktu itu) memaksaku berpikir untuk lebih dewasa lagi. Seorang Kartini kecil menjadi saksi, bagaimana perjuangan orangtua demi memenuhi kebutuhan kami, anak-anaknya. Penghasilan bapak yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sangat minim sekali, karena hampir delapan puluh persen gaji bapak terpotong untuk menutupi hutang-hutang di bank.
Usai menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan. Bapak ingin agar aku kuliah, Akhirnya dengan berbekal uang tujuh ratus ribu rupiah, sampailah aku di kota yang terkenal dengan gudegnya itu. Syukur Alhamdulilah, aku diterima di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Selama di Jogja aku dipertemukan dengan mahasiswa kedokteran yang bernama Fifi Noviana. Karena waktu itu kondisiku yang lumayan memperhatinkan dari segi financial, Beliau meminta agar aku tinggal bersamanya, secara gratis!!! (hari gini masih ada yang gratis!!!). Gayungpun bersambut, tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan saja, apalagi suasananya saat itu aku memang sedang butuh tempat tinggal yang bisa dijangkau menuju kampus. Selama tinggal bersamanya, Beliau sering memberiku uang, makanan, meminjamkan baju, jilbab, bahkan dia tak segan-segan meminjamkan motor saat aku membutuhkanya. Hingga pada akhirnya, motor yang awalnya kondisinya sangat bagus, terpaksa harus mendapatkan perawatan serius, akibat kecelakaan yang kualami. Itulah yang menyebabkan aku merasa tidak enak dan khawatir membebaninya terus menerus, aku tidak ingin menjadi seperti benalu. Tapi, apa mau di kata, aku tidak punya pilihan kecuali harus tetap tinggal bersamanya. Akhirnya aku berinisiatif untuk mencucikan bajunya dan membersihkan serta merapikan kamarnya sebagai tanda terimaksihku padanya, itupun beliau masih sering memberi uang. (Jazakillah ya, Mbak Fifi) Hidup yang penuh teka-teki, perjuangan yang tiada pernah habisnya membuatku lebih terpacu agar aku bisa menjadi manusia yang bermanfaat dan bisa mencontoh kebaikan-kebaikan seorang Fifi Noviana. Seperti mimpi rasanya dari waktu kewaktu, perlahan tapi pasti, titik terang di kehidupan ini mulai kutemui meski masih terlihat samar-samar.
Sehari setelah aku mengikuti bedah buku Inspiring Words For Writters Karya Mohammad Fauzil Adzim di sebuah Aula Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Aku masih merasakan aura Positif berupa motivasi yang membuatku tak henti-hentinya berniat menjadi penulis. Beliau merupakan Seorang penulis yang Cerdas dan berwawasan luas. Penulis yang sangat akrab di telinga mahasiswa Jogja. Penulis yang sangat aktif memberikan motivasi pernikahan, psikologi, Anak-anak dan tulis menulis, sungguh telah memberi warna yang berbeda dalam hidupku. Pesan-pesanya yang sarat akan makna membuatku penasaran, ingin sekali aku seperti beliau. Buku ini sangat sangat unik, tulisannya yang dalam, tegas, lugas dan terkadang sedikit menyindir. Hingga aku berniat seandainya aku bisa membeli buku tersebut maka aku akan mengaplikaskan dalam kehidupan nyata. Buku karya Mohammad Fauzil Adzim yang berjudul Inspiring words for writters, harganya lumayan mahal (bagi yang merasa memiliki uang pas-pasan, seperti aku). tetapi, demi menjawab rasa keinginan tahuanku tentang dunia tulis menulis aku merasa sangat tidak menyesal membeli buku tersebut. Pada waktu itu aku hanya memiliki uang lima puluh ribu rupiah itupun untuk stock makan selama sebulan, akan tetapi setelah berpikir panjang dari sisi baiknya maka aku nekat membelinya dengan resiko siap untuk kekurangan uang. Buku ini bukan saja unik, akan tetapi kata-katanya yang indah, insipiratif dan motivatif, tersususun rapi, simple dan sangat mudah dicerna. Bahkan, secara tidak langsung Pak Muhammad Fauzil Adzim, juga menekan agar generasi muda menjadi penulis yang cerdas tidak hanya mengandalkan otak tetapi harus dibarengan dengan hati dan niat yang lurus. Terus terang selama memiliki buku ini hampir setiap hari buku ini ada di tasku, padahal buku ini entah sudah berapa kali selesai kubaca. Hanya saja setiap kali aku membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat selalu saja membawa dunia baru dan berbagai ide-ide cantik dalam pikiranku, contohnya ketika aku merasa bosan dan buntu dalam menulis, setelah membaca buku tersebut sepertinya Mohammad Fauzil Adzim sedang berada di hadapanku untuk mengajarku.
Biasalah mahasiswa yang hidupnya pas-pasaan seperti aku ini, sangat jarang mengakses internet karena aku sadar jika sering online maka uang makanku akan berkurang, logikanya jika aku tidak makan aku tidak bisa beraktifitas. Maka dari itulah Semasa kuliah, aku sangat paling sering mondar mandir di papan-papan pengumuman. Bahkan jika berkunjung di Universitas-universitas aku paling rajin membaca Pamflet-pamflet yang terpampang. Berharap ada lomba-lomba yang bisa kuikuti, hitung-hitung untuk pengalaman serta menambah biaya kuliah . Pagi, pukul setengah delapan, sembari menunggu dosen Bahasa Arab, Tepat di depan kantor tata usaha (TU) Fakultas Agama Islam. Seperti biasa kusempatkan untuk melihat pengumuman terpampang jelas ada lomba menulis Novel diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), bekerjasama dengan penerbit Dzikrul Hakim. Tema yang diminta pun tidak sulit yaitu tentang kehidupan Remaja dan panjang tulisan minimal 100 halaman, dan diketik komputer. Aku yang masih berangan-angan menjadi seorang novelis ini seperti mendapatkan karunia saja, Pikiranku menerawang jauh disana. Seketika aku teringat kalimat-kalimat insipirasi dari buku karya Muhammad Fauzil Adzim jika ingin penjadi penulis, menulislah!! kapan waktunya menulis ya, sekarang! Luar biasa, kalimat yang sangat tegas, memaksa, tidak ada lobi-lobi jelas saja membiusku menjadi mati rasa. Bahkan dalam waktu sekejap aku mampu mensugesti pikiranku aku adalah seorang Novelis. Begitulah sugesti yang kutanam empat tahun yang lalu, untuk investasi jangka panjang.
Selama dalam perjalanan menuju kontrakan Al-Ifah, kulalui jalan setapak di pematangan sawah mempercepat langkahku sambil memegang buku Inspiring words for writers, seperti ada yang mendorongku untuk segera menulis, menulis dan menulis. Sesampai di kontrakan aku duduk terrmangu, aku baru menyadari bahwa sebenarnya, aku terlalu bernafsu, terlalu bersemangat, tanpa memikirkan bahwa aku tidak memiliki fasilitas seperti komputer sesuai syarat yang diminta oleh panitia lomba. Jika mengetik di rental komputer biayanya pasti mahal, Itu masih mengetik, belum ngeprintnya. Ternyata terbang terlalu tinggi akhirnya jatuh tak berdaya rasanya sakit, semangat yang tadinya mengebu-gebu seketika saja menjadi down. Meski bingung, aku mencoba bangkit (pasti ada jalan keluar). Pelan tapi pasti, kuberanikan diri untuk meminjam komputer mbak Fifi. Subhanallah, lagi-lagi Allah memperlihatkan kekuasaanya untukku Allah memudahkan urusanku. (Thanks to Allah) Tidak sulit, dengan entengnya beliau menjawab “ Pakai aja, dek!. Tuh, printernya kalau mau ngeprint ” itulah kata-kata singkat yang kudengar dari seorang Fifi Noviana yang saat ini telah menjadi seorang dokter. Aku merasa kemudahan ini karena Allah.
Deadline lomba jatuh pada tanggal 30 sementara tanggal sudah menunjukan angka 15, itu artinya aku hanya memiliki waktu sekitar dua belas hari lagi, dan selebihnya digunakan untuk mengedit dan administrasi. Bagi pemula seperti aku ini, tentu saja deadlinenya sangat terlalu cepat. Ah, tapi tidak ada pilihan kecuali mencoba dan berusaha pasti aku bisa (pikirku memberi semangat). Setelah mendapat izin memakai komputer, aku memasang strategi untuk mengejar deadline. Kucancel agenda-agenda yang tidak terlalu penting. Kutetapkan jam biologis dalam menulis, start jam 9 malam hingga finish menjelang adzan subuh. Sedang waktu siang aku harus kuliah. Waktu kian berlalu Hari demi hari terasa sangat cepat. Aku terus berpetualang asyik dengan komputer, jari-jari tangan sangat lincah menari-nari di atas keybord tanpa mengenal lelah. Kata demi kata mengalir begitu deras tak terbendung. Spontanitas otodidak, aku bisa mahir menulis, Seperti memuntahkan segala beban yang ada di dalam pikiran selama ini.
Tiga bulan kemudian, aku sendiripun sudah mulai lupa dengan lomba tersebut bahkan aku berpikir, mungkin aku belum beruntung. Mungki saja karena tulisanku masih sangat banyak kekurangan disana sini. Mungkin ceritanya kurang bagus. (itulah yang kupikir saat pertama kali aku mengikuti sayembara) seiring waktu berlalu. Beberapa hari kemudian terpampanglah nama-nama pemenang dipapan pengumuman depan Tata Usaha Agama Islam. Aku yang masih penasaran tidak sabar melihat pengumuman tersebut. Uhm.. Syukur Alhamdulilah ternyata tulisan yang menurutku serba pas-pasan itu, Tertulis jelas “KARTINI NAINGGOLAN” juara harapan satu, Novel yang berjudul “MENYELAM EMBUN” aku bersyukur sekali, meski hanya mendapat harapan satu.
Semenjak itu pula aku mulai menyadari bahwa sebenarnya aku memiliki bakat menulis. Dan beberapa bulan kemudian aku kembali mengikuti Sayembara menulis Novel yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 2008, berjudul “Kelabu di Ujung senja” tapi aku hanya berhasil menjadi finalis saja. Aku memang harus banyak belajar dari orang-orang lebih berpengalaman, harus banyak membaca serta harus lebih banyak mendengar dan mungkin harus lebih peka dengan orang-orang yang berada di sekeliling. Seperti yang pernah disampaikan oleh Pak Mohammad Fauzil Adzim. menulis harus dimulai dengan niat yang lurus, dakwah dan selebihnya adalah merupakan bonus dan rezeki dari Allah. Meski aku tidak menyangkal bahwa kreativitas yang kulakukan ini juga tidak lepas dari tuntutan ekonomi yang pada waktu itu aku sangat membutuhkan uang untuk membayar semester.
Buku yang hanya berukuran seperti wadah piringan DVD ini mampu menyihir pembaca yang masih pemula khususnya diriku sendiri. Aku tahu, mungkin bukan buku ini saja yang bertema mengenai dunia tulis menulis. Akan tetapi buku yang teramat simple dan praktis ini menjadi saksi bagaimana perjuanganku saat-saat aku mengalami kesusahan dalam menyusun kata-kata menjadi kalimat yang bisa di mengerti oleh pembaca. Ini merupakan babak baru dalam hidupku. Alhamdulilah, dengan bermodal kesabaran dan tidak berputus asa, tidak menyerah, akhirnya sedikit demi sedikit aku bisa menyusun kata demi kata menjadi cerita yang panjang. Kuncinya tetap konsisten untuk tidak egois dengan diri sendiri serta mengikuti saran-saran beliau lewat buku Inspiring Words For Writers. Mengkaji ulang buku Inspiring Words for Writers tidak akan pernah ada habisnya. Bagiku buku ini mampu merubah hidupku. Maka dari itulah, aku merasa tidak sia-sia membeli buku ini meskipun harus mengorbankan uang makan. Rasanya Semua terbayar mahal, berupa semangat serta insipirasi yang memukau.
Sekarang, sudah hampir satu tahun setengah, aku tidak melihat, memegang, maupun membaca, buku Inspiring Words for writers, karena buku yang mampu membawa gejolak perubahan dalam sepenggal perjalanan hidup ini telah kuwariskan untuk adik yang saat ini sedang duduk dibangku SMA. Berharap agar dia tersihir dengan kata-kata milik Mohammad Fauzil adzim hingga dengan mudah mendapatkan hikmah dan ide-ide brilian sebagaimana yang pernah kurasakan. Aku ingin dia bisa menjadi penulis, berjalan normal tentunya harus lebih baik dariku. Meski berjauhan, Aku selalu memberinya motivasinya untuk giat belajar, walaupun hanya sekedar by. Handphone ataupun email. Serta memberinya hadiah setiap dia ada perkembangan dalam belajarnya. Menjadi penulis yang ulung, cerdas serta sholeh/sholehah siapa sih yang tidak menginginkanya?!! Tapi sayang, tidak semua orang bisa. Begitu pula aku, aku merasa masih banyak sekali kekurangan yang ada pada diriku. Apalagi mengingat bapak, sangat berharap aku bisa menjadi seorang penulis, itulah sebabnya mengapa aku di beri nama Kartini. Bapak merupakan orang yang mengagumi sosok R.A Kartini, menurut bapak, beliau sangat pandai menulis (korespondensi) dengan teman-temannya. Layaknya seorang RA. Kartini habis gelap terbitlah terang, aku berharap kelak akan menjadi Kartini baru di eramodern. Habis menulis terbitlah buku.
Tiga bulan selanjutnya aku berhasil membuat Novel. Semua itu tidak luput karena bantuan Mbak Dalilah (Lilo) yang merevisi tulisanku selama tiga bulan by Email. Setelah selesai merevisi akhirnya perjuangan yang cukup melelahkan itu terbayar. Alhamdulilah diterbitkan pada bulan Oktober 2008. Kemudian pada bulan Februari 2010 diterbitkan dengan bahasa Melayu. Malaysia. Padahal sebelumnya naskah itu pernah di tolak oleh sebuah penerbit. Seandainya dulu aku langsung berputus asa dan meninggalkan Novel itu tanpa jejak , mungkin semuanya akan menjadi sia-sia.
That’s it, Hidup ini sejatinya simpel, kitalah yang membuatnya kompleks Allah Maha Penyayang, kitalah yang tak pernah berhenti “berhitung” dengan mekanisme untung rugi. Sabar dan ikhlas tetap merupakan solusi untuk berbagai kepelikan. Selanjutnya tinggal tawakal. Sesederhana itu. Sepertinya aku telah berhasil berdamai dengan diri sendiri. Hidup memang harus selalu memilih, dan pada setiap pilihan yang diambil, selalu berisi “sepaket” aspek positif dan negatif. Selebihnya tergantung pada kita, mau menyikapinya secara positif atau negatif. Mudah-mudahan kisah ini mampu memberi spirit baru. Khususnya bagi mereka-mereka yang sedang berjuang mencari biaya sekolah maupun kuliah. Wallahu’alam.

Kisah ini untuk dikutsertakan dalam lomba Kisah menggugah Pro-U Media 2010 di http://prumedia.blogspot.com/2010/10/l lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html.