Sabtu, 19 Februari 2011

Sujud Nisa Di Kaki Tahajjud - Subuh. By. Kartini Nainggolan


“Semua orang pasti punya masalah hidup. Pembeda antara pemenang dan pecundang hanya terletak pada kemampuannya untuk survive: menaklukkan semua masalah dengan tangguh hingga mampu meraih maqam kebahagiaan hakiki. Dan, salah satu pilar untuk survive adalah agama. Melalui energi Tahajjud dan Subuh, Nisa yang lemah dan penuh masalah berhasil survive! Ada sujud, dzikrullah, air mata, doa, munajat, tawakkal, sabar, dan khusyuk. Novel ini meneladankan cara bertahan yang sangat luar biasa, bersendikan kekuatan iman, agama, dan hati!”
Muhammad El Natsir, pengarang novel religius Tahajjud Cinta.

“Novel ini membuatku optimis betapa Allah tak pernah jemu mencintaiku dan menolongku....”
Anam Khoirul Anam, pengarang novel Dzikir-dzikir Cinta.

“Kartini adalah motivator ulung! Novel ini membuktikannya. Kuat sebagai religius dan bertenaga sebagai inspirasi!”
Samsul Arifin, M.Ag., kandidat doktor, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.


Nisa senantiasa menemukan energi baru dalam menghadapi semua kemelut hidupnya setiap kali bersujud di kaki Tahajjud dan Subuh. Semua persoalan hidup yang dialaminya, yang sungguh menguras energi, perasaan, dan air mata, mulai dari gelegar cinta, cemburu, egoisme, kepercayaan diri, penantian, pengkhianatan, hingga kesendirian, berhasil dilaluinya dengan takzim dan khusyuk.

Ya, di kala malam semakin tua, angin semakin beku menghempas wajah, di kaki Tahajjud-Subuh, Nisa bercumbu mesra dengan Sang Kekasih. Beralaskan sajadah air mata, doa, dan iman....

Inspirasinya sangat mencerahkan, maka bacalah...